Tuh di pasir nu lungkawing
pani'isan panineungan
tuh di pasir jungkrang..
gugumplukan encal-encalan
tempat sirna bubuara pani'isan panineungan
lembur singkur padusunan
.............................................................
aya mangsa kampung jadi kota di sisi
pamustungan jalma nu ti dayeuh ngarungsi
kampung-kampung gegek lir di kota
sisi gunung ngadadak sagala aya......
(kawih kuring keur mangsa sakola bareto, hilap deui saha pangarangna, sareng punten pami lirikna seu'eur nu lepat..)
PG" width="320" />
Selasa, 22 Maret 2011
Rabu, 02 Maret 2011
Sejarah Teh
Asal-usul Teh
Bangsa Cina telah minum teh selama 5.000 tahun. Asal mula teh pada awalnya masih merupakan legenda . Legenda yang paling terkenal adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung (diucapkan ‘Shay-Nung'). Penemuan teh olehnya belum ditempatkan secara tepat dalam sejarah, yaitu pada tahun 2737 sebelum masehi.
Selama ribuan tahun, bangsa Cina meminum teh untuk kesehatan dan kenikmatan. Tidak seorangpun tahu apa yang menyebabkan mereka tertarik dengan daun hijau serta mengkilap dari Camellia sinensis , tetapi legenda popular dapat memberi pengetahuan kepada kita.
Pada suatu hari, ketika Kaisar Shen Nung akan minum air mendidih, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin dan jatuh di panci berisi air mendidih tersebut. Sang Kaisar ingin tahu dan memutuskan untuk mencicipi air rebusan yang tidak menyerupai minuman tersebut. Kaisar menemukan air rebusan itu sedap dan menyegarkan tubuh.
Legenda dari India menghubungkan penemuan teh dengan biarawan Bodhidharma. Sang biarawan sangat kecapekan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam keputus-asaan dia mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, yang dengan serta-merta menyegarkannya kembali.
India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan belas. Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu.
India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan belas. Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu.
Mitologi lain dari Jepang mengenai biarawan yang bertapa, Bodhidharma, menjelaskan bagaimana ia membuang kelopak matanya yang berat ke tanah karena merasa frustasi tidak mampu untuk tetap terjaga. Pohon teh tumbuh dimana ia membuang kelopak matanya. Dedaunan dari pohon yang baru tumbuh ini secara ajaib menyembuhkan kepenatannya.
Teh bukan asli dari Jepang, maka mitologi ini tidak memberikan penjelasan untuk keberadaanya secara mendadak di Jepang. Realitanya kurang beragam: di awal abad kesembilan, seorang biarawan dari Jepang yang pulang dari pengembaraan, bernama Dengyo Daishi membawa biji tanaman teh dari Cina.
Metode pembuatan teh dengan panci terbuka yang diperkenalkan oleh Kaisar Shen Nung terbukti setelah sekian lama waktu berjalan. Hal tersebut membutuhkan waktu 4.000 tahun sebelum metode pembuatan teh yang kita kenal sekarang dikembangkan.
Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), bangsa Cina mulai membuat teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur tradisional dari China yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna.
Teh
‘Teh' dengan segala variasinya di dunia dalam pengejaan dan pengucapan berasal dari sumber tunggal. ‘ Te ', berarti ‘teh' dalam dialek Cina Amoy. Bahasa Cina nasional dari kata teh, ‘ cha ', juga menghasilkan beberapa turunan kata lain di dunia.
Teh masuk ke Eropa pada awal abad ketujuhbelas. Dibandingkan kelebihan teh dalam hal pengobatan, bangsa Eropa lebih memilih aroma kopi. Hanya diantara beberapa golongan kecil dari kaum bangsawan, yang mempopulerkan teh.
Masuknya Teh ke Eropa
Pada awal abad ketujuh belas pedagang dari bangsa Belanda dan Portugis pertama kali memperkenalkan teh ke Eropa. Pedagang Portugis mengirimkan dengan kapal dari pelabuhan Cina, Macau, sedangkan pedagang Belanda membawanya dari Indonesia ke Eropa.
Minuman baru yang datang bersamaan dengan muatan sutera dan rempah-rempah ini tidak mengalami sukses dalam sekejap.
Bangsa Eropa mencicipi teh, tetapi mereka lebih memilih aroma kopi. Sedangkan pedagang Inggris menunggu hingga tahun 1652 sebelum akhirnya mulai memperdagangkan teh.
Bangsa Rusia merupakan penggemar awal teh. Teh yang mereka konsumsi datang melalui jalur darat dari Cina menggunakan kereta yang ditarik oleh unta.
Ketika penggemar teh di Rusia meningkat, barisan unta yang membawa teh semakin memanjang.
Pada akhir abad kedelapan belas, beberapa ribu kereta yang ditarik unta, kira-kira 200-300 kereta pada satu saat menyeberangi perbatasan Cina.
Jalur kereta api lintas Siberia menggantikan kereta yang ditarik unta, tetapi perjalanan romantik tersebut menyisakan ingatan yang popular atas campuran lembut teh hitam Cina yang terkenal sebagai Karavan Rusia.
Kemajuan Melalui Kerajaan
Pada abad ketujuhbelas di Eropa, tak satupun yang menolong penjualan teh selain pelanggan dari keluarga kerajaan.
Acara minum teh menjadi istimewa pada tahun 1662, ketika Raja Charles II dari Inggris menikah dengan Catherine dari Braganza, seorang putri berkebangsaan Portugis dan seorang penggemar teh. Catherine mengawali tradisi minum teh dalam istana, dengan menggunakan mangkuk dan teko teh transparan buatan Cina – dan segera para anggota istana lain mengikuti caranya.
Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik.
Pada abad ketujuh belas di Eropa, teh merupakan produk praktis yang memiliki kegunaan besar. Kebanyakan air tidak layak diminum. Bagi yang ingin menghindari penyakit, pilihan yang ada tidak membangkitkan semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk membunuh bakteri.
Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik.
Pada abad ketujuh belas di Eropa, teh merupakan produk praktis yang memiliki kegunaan besar. Kebanyakan air tidak layak diminum. Bagi yang ingin menghindari penyakit, pilihan yang ada tidak membangkitkan semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk membunuh bakteri.
Di Inggris dan beberapa negara, dimana bir adalah minuman yang umum untuk sarapan, teh menjadi altenatif lain yang disambut baik. Pada akhirnya teh menjadi pemuas dahaga yang hangat dan menyegarkan, penuh rasa, dan aman untuk diminum.
Pada abad kedelapan belas di keluarga kaya, minum teh merupakan acara dalam perayaan besar.
Daun teh yang bernilai tinggi seringkali disimpan dalam kotak penyimpanan yang berkunci, dimana hanya ada satu kunci.
Sekali atau dua kali dalam seminggu, nyonya rumah akan membuka kuncinya dan menghidangkan teh untuk suguhan dalam keluarga, atau untuk memberi kesan pada tamu istimewa.
Teh disajikan dengan porselin yang memiliki mutu baik, yang menandakan tingkat kekayaan, selain untuk menambah arti dari perayaan. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para wanita untuk memamerkan kulit mereka yang pucat dan struktur tulang yang lembut dibandingkan porselin Cina. Dua atribut ini merupakan tolok ukur kemurnian seorang wanita pada saat itu.
Kehidupan sosial pada awal pertengahan abad kedelapan belas beralih dari kebiasaan seperti kedai kopi digantikan dengan kebun teh. Kebun teh menjadi seperti surga: pohon-pohon di tepian jalan, lentera yang menerangi jalan setapak, musik, tarian, kembang api, dan makanan enak ditemani dengan secangkir teh yang nikmat. Kebun teh tidak hanya tempat yang menyenangkan, tetapi juga merupakan tempat untuk pertemuan sosial. Di tempat eksotis ini, keluarga kerajaan dan rakyat biasa dapat berjalan bersama. Konsumsi teh meningkat secara dramatis selama awal abad kesembilan belas. Mode dan penurunan harga membangun pasar yang sulit dipenuhi oleh para pemasok barang. Untuk menerobos monopoli dari Cina, perdagangan teh beralih ke India untuk mengisi kesenjangan.
India
Ketika konsumsi teh meningkat pada awal abad kesembilan belas, Perusahaan India Timur mencari sumber persediaan baru. Sejak bangsa Cina memonopoli penamanan teh, solusinya adalah dengan menanam teh dimana-mana.
Percobaan pertama dengan bibit teh dari Cina dikelola di Assam, timur laut India. Tetapi eksperimen ini tidak berhasil, meskipun bibit yang sama tumbuh dengan baik di Darjeeling, India bagian utara.
Kemudian pada tahun 1820, para ahli tumbuh-tumbuhan menemukan tumbuhan lokal yang belum teridentifikasi. Mereka mengirim contoh daun ke London untuk dianalisis. Contoh daun tersebut dengan segera dikenali sebagai teh – tanaman yang pada mulanya tidak dikenal di India – kemudian lahirlah industri teh India.
Pengemasan
Sampai pada tahun 1826, teh selalu dijual secara lepas. Hal ini mengundang niat jahat pengusaha toko untuk mengganti aroma teh dengan bahan tambahan. Pada tahun 1826, John Horniman mengembangkan (pre-sealed ) pra penutup, kemasan teh dengan penutup dari timah, dimana hal ini tidak segera menyenangkan para penjual. Mereka lebih memilih untuk meningkatkan keuntungan dengan kebiasaan yang sudah ada. Horniman kemudian mencoba cara lain untuk memasarkannya. Dia menambahkan pesan kesehatan pada kemasan teh dan menjualnya ke apoteker dan ahli obat. Orang-orang ini dan pelanggannya jauh lebih bisa menerima pendekatan ini.
Keberadaan teh celup berasal dari kejadian yang tidak disengaja. Seorang pengimpor teh dari New York bernama Thomas Sullivan mengirimkan contoh teh kepada para pelanggannya dalam kantung sutera kecil. Para pelanggan ini menyukai cara yang mudah ini, kemudian selanjutnya menghendaki semua teh untuk mereka dikemas dalam kantung.
Setelah 5.000 tahun, konsumsi dan produksi teh terus meningkat. Di dunia, secara kasar tiga juta ton teh dipanen setiap tahunnya.
Ada dua faktor yang saat ini mengendalikan pasar internasional. Di negara-negara berkembang, minum teh ditiru dari bangsa Eropa seperti yang mereka lakukan tiga abad yang lalu. Cara yang nikmat untuk meminum air dengan aman. Di negara-negara berkembang, keinginan akan variasi dan aroma baru meningatkan konsumsi teh secara khusus.
Masuknya Teh ke Indonesia
Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan Teh dengan mendatangkan biji-biji Teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit Teh dari Jepang. Usaha perkebunan Teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa ( Culture Stetsel ). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan Teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta.
(Diposting ku kang Cepot)
Sumber: Food-Info.net is an initiative of Wageningen University, The Netherlands
http://tanuempunya.wordpress.com/2009/09/26/sejarah-tanaman-teh/
Jayanegara, Putri yang terlelap......(2)
Potensi-potensi tersebut diatas adalah potensi potensi yang kasat mata terlihat saat ini, belum lagi jika di kajian mengenai potensi yang terkandung di wilayah ini, pastilah akan terdapat potensi lain.
Seperti cerita dalam dongeng pengantar tidur anak, Jayanegara saat ini bagaikan seorang puteri yang cantik tetapi, kecantikannya masih tersembunyi di balik tesembunyi di balik kesederhanaan. Puteri cantik ini sedang menunggu pangeran yang gagah berani untuk membebaskannya.
Arti dari kiasan diatas adalah bahwa Wilayah Jayanegara saat ini-disadari oleh berbagai pihak- sangat berpotensi untuk dikembangkan, tetapi belum ada satu pihakpun yang mulai bergerak untuk mewujudkannya. Sehingga potensi yang melimpah itu (yang dikiaskan dengan kecantikan puteri dalam cerita) hanya berupa cerita-cerita yang membanggakan tetapi tidak pernah dapat dirasakan apalagi meningkatkan kesejahteraan.
Puteri cantik Jayanegara kini sedang menunggu pangeran yang tampan dan gagah berani untuk membebaskannya dari penderitaan. Hari ini, Potensi-potensi Jayanegara yang ada menunggu untuk di kembangkan oleh tangan-tangan kreatif yang penuh semangat dan amanah. Tangan-tangan penuh energi positif dengan pikiran terbuka yang sanggup menerima kemajuan dan menghormati kearifan lokal. Tangan-tangan inilah yang akan membebaskan puteri cantik Jayanegara dari penderitaanya. Tangan-tangan inilah yang akan menggali potensi yang terkandung di wilayah Jayanegara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan wilayah. Dengan tangan-tangan ini potensi dapat digali, sehingga Jayanegara menjadi daerah termaju di kecamatan Kabandungan serta masyarakatnya hidup maju dan sejahtera.
Tangan-tangan itu adalah tangan para pemuda Jayanegara dan sekitarnya,
Semoga..
© Cepot Astrajingga-022011
CURUG SENTRAL Jayanegara, Putri yang terlelap......(1)
Jayanegara adalah nama sebuah kampung di kaki gunung salak (Sebelah Kab. Sukabumi). Jayanegara pada awalnya adalah hanya wilayah yang berada disekitar perkebunan teh jayanegara saja. tetapi belakangan, yang dimaksud dengan jayanegara adalah kawasan wilayah yang berada di sekitar perkebunan Jayanegara dan wilayah sekitarnya yaitu Kedusunan Cimanggu, Kedusunan Babakan dan Kedusunan Cibeureum/Ciawitali.
Jayanegara berada pada ketinggian antara 600 - 1.000 Dpl dengan suhu antara 18 – 26 OC. jarak ke Ibukota propinsi (Bandung) adalah 175 KM, sedangkan jarak ke kota Kabupaten 56 KM, jarak ke Jakarta sekitar 130 KM. daerah ini memiliki pemandangan dan suhu yang sejuk.
Wilayah Jayanegara memiliki jumlah hak pilih 1,988 Orang, total seluruh jumlah penduduk adalah 3.510 orang dengan perincian laki-laki 1.767 otang serta Perempuan sebanyak 1.744 dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 956 KK dengan jumlah rata-rata jiwa per kepala keluarga adalah 4 Orang. (sumber: data Panitia Pemekaran Desa Jayanegara tahun 2007)
Jayanegara memiliki banyak potensi yang belum dikembangkan. potensi yang berlimpah ini dapat dijadikan sebagai modal bagi pembangunan wilayah, potensi tersebut diantaranya adalah:
1. Potensi Penduduk , dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 956 KK, jumlah hak pilih 1,988 Orang, total seluruh jumlah penduduk adalah 3.510 orang dengan perincian laki-laki 1.767 otang serta Perempuan sebanyak 1.744 dengan jumlah rata-rata jiwa per kepala keluarga adalah 4 Orang. Merupakan Sumberdaya Manusia yang memadai untuk mengembangkan wilayah.
2. Potensi Wisata, untuk dijadikan sebagai Desa wisata, karena secara spasial wilayah ini mempunyai spot-spot yang memenuhi syarat untuk di jadikan sebagai objek wisata, dan kondisi alam yang ideal dimana terdapat air terjun (sentrale, dahulu merupakan PLTA yang dibangun oleh Belanda tahun 1933) ,perkebunan teh (melani dan Jayanegara) ,sumber air panas (Ciherang), serta penduduk yang ramah .
3. Aksesibilitas, jaringan jalan, listrik, telepon sudah tersedia dan hampir merata. Jalur jalan utama adalah jalur ramai karena jalur tersebut adalah satu-satunya jalan aspal untuk menuju ke Proyek Panas Bumi Chevron Geotermal Salak,Ltd. dari wilayah Kabupaten Sukabumi ( akses dari jalur lain jalannya masih belum diaspal) sehingga mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi daerah wisata.
4. Potensi pertanian, meskipun sebagian besar tanah di wilayah ini dikuasi oleh PTP VIII (afdeling melani) serta perusahaan swasta (perkebunan teh Jayanegara), tetapi masih terdapat beberapa tempat disamping yang sudah ada (existing) untk dijadikan daerah pertanian sebagi pendukung industri wisata yang akan di kembangkan (daerah Cibeureum, Babakan dan Cimanggu)
5. Potensi kerjasama dengan pihak luar, terdapat beberapa lembaga yang sering melaksanakan kegiatan pengembangan masyarkat (Community development) di wilayah ini baik LSM maupun Perguruna tinggi, sehingga kedepan dapat dikembangkan lagi menjadi kerjasama yang permanen dalam usaha pembangunan dan peningkatan kesejahteran masyarakat. (ku: Cepot Astrajingga)
(bersambung..)
Langganan:
Postingan (Atom)